IBUKOTAKU AKANKAH TENGGELAM
Amblesnya jalan RE Martadinata, Jakarta
Utara, arah ancol menuju Tanjung Priok sepanjang 103 meter menjadi hal yang
sangat mencengangkan. Beberapa ahli mengatakan setidaknya wilayah Jakarta
permukaan tanahnya turun, hal ini sebagai akibat dari kurangnya daerah resapan
air dan tingginya penggunaan air tanah.
Berlebihnya konsumsi itu mengakibatkan banyaknya rongga dalam tanah yang
tidak terisi oleh air, sehingga kepadatan tanah menjadi berbeda seperti
awalnya. Hal ini mengakibatkan mudahnya tanah ambles atau retak yang bisa
berbahaya.
Pada tahun 2050 empat kecamatan di
Jakarta Utara diprediksikan akan tenggelam. Hal ini dapat terjadi apabila
pemerintah tidak mengantisipasi pembangunan di Ibukota. Guru Besar Oseanografi
Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Safwan Hadi mengatakan, setiap tahunnya
tanah di DKI Jakarta turun hingga 12 sentimeter akibat pengambilan air tanah
dan beban bangunan. Empat wilayah yang akan tenggelam pada tahun 2050, adalah
Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tajung Priok, dan Cilincing. Bisa tenggelam
hingga mencapai ketinggian setengah meter.. "Pemanasan global saja belum,
apalagi badai dan pasang surut," ujarnya lagi. Menurut Safwan, dari
penelitiaan ISOI, diperoleh sebuah hasil yang menyatakan pada tahun 2100,
seluruh wilayah di Ibukota akan terendam air laut hingga ketinggian sampai 50
sentimeter.
Direktur
Eksekutif WALHI Jakarta Selamet Daroyni mengatakan, 90 persen dari luas Jakarta
diperkirakan akan terendam banjir pada tahun 2050. Jadi jawabannya benar-benar
keberanian Pemprov DKI untuk merestorasi kawasan ekologi publik, dan memang
menjamin hak masyarakat untuk memberikan hak jawab dan tanya masyarakat dalam
perencanaan kota," tegasnya.
Lalu apakah hanya itu saja penyebabnya
????
Kondisi geografis Jakarta sangat kurang
menguntungkan mengenai masalah banjir ini. Banjir bisa terjadi jika daerah
sekitar yang lebih tinggi dari Jakarta terjadi hujan dengan intensitas yang
cukup besar misalnya daerah bogor. Kemudian bisa terjadi pula banjir akibat pasang
air laut tinggi (banjir Rob). Banjir yang terjadi di dalam wilayah DKI
Jakarta sendiri, disebabkan
oleh buruknya sistem drainase dan tingginya intensitas curah hujan. Kapasitas
drainase
yang terdapat di daerah ibu kota kurang dapat menampung intensitas curah hujan
yang tinggi yang turun biasanya dalam durasi atau jangka waktu yang pendek.
Akibat ketidaktegasan pemerintah dalam
hal pembatasan pembangunan dan pengambilan air tanah di beberapa daerah di
Ibukota yang dekat dengan laut membuat kota ini tenggelam, situasi yang
terlihat jelas dari banjir Jakarta adalah alih fungsi kawasan tangkapan atau
resapan air, pemberian IMB tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekologis, serta
buruknya sistem drainase dan sungai. Selain itu, faktor alam berupa curah hujan
yang cukup tinggi dalam 25 tahun terakhir, kerusakan lingkungan, dan juga
banjir kiriman turut menjadi penyebabnya. Curah hujan di Jakarta mencapai dua
miliar meter kubik per tahun. Namun, yang terserap hanya 26,6 persen atau 532
juta meter kubik, sementara sisanya 73,4 persen atau 1.468 juta meter kubik
menggelontor ke laut. Secara detail dari semua faktor banjir Jakarta alih
fungsi adalah yang paling dominan. Dari luas lahan di Jakarta sebesar 661,52
kilometer persegi hanya 9,6 persen ruang terbuka hijau.
Akankah Jakarta akan tenggelam,
bagaimana cara yang tepat agar prediksi tim ahli ini tidak akan pernah terjadi.
Apakah perlu wacana pemindahan Ibukota Negara haruslah segera di realisasikan.
Lalu menurut anda apa yang harus kita lakukan agar ibukota Negara kita tidak
hilang di telan luapan air??????
|