Mutiara
Semalam mimpi buruk itu hadir lagi, aku tak biasa berada dan melihat mimpi
yang begitu menghantui, tapi itu semua telah ada di hadapanku, apa mau dikata. Kini aku berdiri diatas realita,
dan semoga tak akan terjadi apa-apa karena ku belum siap.
Seseorang yang
sangat sama denganku menyapa, ya kami kembar identik, tapi sifat kami jauh
diatas sama, sangat berbeda.
" Ra, kamu ma papa katae disuruh ngelanjutin ke luar negeri, kan? ”
" Kamu kan udah tau aku orangnya
gmna, mutia. bagaimanapun aku nggak suka dengan hal akademik, aku hanya mau
melanjutkan sekolah psikologi usai smp ini, lagian papa nggak seharusnya maksa
khendak anaknya, kan? ” Tutur Tiara pelan
" Tapi, Ra.... itu kata papa, dan dia ingin anaknya berhasil. ”
" udahlah, itu masih lama dan aku malas memikirkan hal itu, aku takut mikir
terlalu ”
Tiara tak menghiraukan perkataan Mutia, lebih tepatnya capek untuk
mendengarkan. Dia amat kesal pada papanya, dia yang dari kecil dipisahkan
dengan papanya dan tinggal di rumah nenek karena mamanya semenjak ia lahir
telah tiada
Gadis itu meninggalkan Mutia yang diam terpaku, dan dia hanya bisa diam.
Tiara mengambil secarik kertas yang tak lain adalah karcis pertandingan basket,
dan pergi menuju lapangan sekolah. Disana telah sesak, dan padat penonton, ada
pertandingan basket yang selalu tak tertinggal untuk dilihatnya.
Seseorang nampak dari kejahuan banyak yang mendukung, karena Tiara orang
baru, maka dia hanya bisa melihat jagoan teman-temannya dari tempatnya dia
duduk. Selesai pertandingan Tiara menghampiri Arya, salah seorang yang sedari
tadi paling sering di soraki dan ternyata menjadi sang juara.
"Hai, kamu tadi maennya bagus, nama kamu Arya ta? ” Tiara dengan
innocentnya mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan sang juara, semua
mata tiba-tiba mengarah padanya, yang dilihat malah dengan innocent tersenyum
simpul.
" Ra, gila kamu, ngapain kesini? Nggak malu pa diliatin orang selapangan
ini? ” bisik seorang teman yang langsung menyambar tangan Tiara.
" Loh truz knapa? ” Tiara terdiam sejenak, kemudian
dia baru benar-benar menyadari jika semua mata tertuju padanya.
" Tiara, kamu kan nggak tau mereka cpa! ”
" Mank aku salah bwat kenal ma kamu,
ya? Aku kan cuma nambah temen koleksi anak basket, aku kan penggemar basket ”
dan untuk kesekian kalinya pula semua mata itu kembali melotot padanya, karena
merasa tak ditanggapi oleh Arya dan teman-temannya, Tiara pergi dengan sepatah
kalimat yang cukup menggelikan.
" Apa bener salah ya?, ya udah deh aku pergi aja, duluan ya........ ” dan
tepat saat itu juga teman-teman Arya ngakak, sedangkan Arya hanya nyengir kuda.
¶¶¶
Hari ini di sekolah Tiara jadi tontonan, pasalnya
kejadian kemaren udah bwat dia naik pamor, dia yang diliatin teman-temannya,
seperti biasa hanya innocent. Di kelas dia langsung disamperin Lina, temen
sebangku yang tak lama setelah dia masuk sekolah itu sudah akrab dengannya.
" Kata Van kamu kemaren liat
pertandingan basket dan nyamperin si Arya, ya?aku kaget loh waktu denger berita
itu. Bener nggak sih? ”
" Duh...pa da yang salah
ya dari sikapku kemaren?kamu tau Lin...gara-gara insident kemaren, hp ku slalu
berbunyi tiap jam hanya karena ada sms-sms nggak penting ”
" Berarti bner, Ra?aduh Tiara...kamu tau nggak sih, Arya tuch cowok paling
populer sekarang ini, kamu kok bisa sich nyamperin bahkan ampe’ mnta knalan ma
dia? ”
" Biarin ja, apa kata mreka donk, orang aku ngerasa nggak salah. ”
" Mank kamu tuh ya...si Arya tuh terkenal cuek n’
nggak smbarang maen ma orang, kok mlah kamu nyamperin dia, bahkan dia sempet
memberi senyumnya bwat kamu, tapi yang pling kasus tuh ma tmen-tmennya, killer
gitu,,,, ”
" Oh gitu to?aku ya mana tau, Lin. Jadi menurutmu
tindakanku memalukan? ”
" aku nggak blang gitu loh, nggak kok, tapi malahan berani gitu ”
" tw ah Lin, aQ tw aQ sLah, may be krena insident itu dia malu krna
pamornya turun”
" eh gak sah bilang gitu deh ra, dia baek kog ”
Tiba-tiba Tiara si ceria itu beranjak pergi karna sedari tadi melihat
pemandangan yg tak biasa, mutia yang hoby chat itu senyum2 sendiri dg hp
ditangannya.
" chat ma cpa kamu, ta? ”
" chat ma... aDa dech ”
" duh capek dech ”
¶¶¶
" Cowry ” ucap Tiara cepat saat
menabrak seseorang
" Eh kamu,,,”
" Kenapa? Biasa ja lagi, yuk duduk
di taman, nganggur kan? ” lanjutnya saat melihat wajah Tiara yang nggak enak
hati
" Nganggur ce nggak, mank mau
ngomong paan ce? ”
" Ini, ya maksudku aku mau
ngembaliin ini ” Arya menyodorkan sebuah buku kecil.
" Loh kok bisa ada di kamu? ”
" Iya, ini terjatuh saat kamu
nyamperin ke lapangan dulu itu ”
" yawdah makasih, oia aku juga mnta
maaf, gara-gara ulahku kmaren pamor kamu sedikit turun ” Arya tersenyum dan
menggeleng.
" Justru aku donk yang mnta maaf ma
kamu, gara-gara aku, kamu jadi di ributin se-sekolah ”
" Udah ah nggak usah dibahas ”
Perbincangan mereka pun berlanjut, sampai akhirnya persahabat mereka terjalin
erat hingga 3 tahun, kini Tiara, Mutia, dan Arya menduduki kelas 3 MA, Tiara
dan Arya begitu dekat, mereka selalu terbuka akan masalah yang ada, tetapi
berbeda dengan Mutia yang selalu disibukkan dengan sahabat chatnya.
" Liat deh Ra, ada yang kirimin aku
surat lagi, tapi nie beda, klo kmaren dari nak skul ndiri, klo ini dari... ” baru Arya mau ngelanjutin baca, surat itu
sudah dirampas oleh Tiara.
" ceile dapet surat lagi, ini tuh
ya, dari temen chat kamu yang biasanya itu... nie ada nama pengirimnya, si
Aiyra itu loh...”
" masa’ sih? Eh dia bilang...waduh
Ra ternyata dia suka aku. ”
" wah...bagus tuch, apa Ar? Aiyra
suka kamu? ”
Terbesit suatu ingatan beberapa
waktu lalu ketika dia sedang menyelidiki siapa sebenarnya Aiyra dan siapa
sebenarnya Ar_Ra di laptop Mutia dan Arya. ada sedikit rasa kecewanya pada
Mutia, karena saudaranya itu nggak mau bercerita akan apa yang terjadi padanya,
bahkan tentang perasaannya.
Arya memandang wajah Tiara dan mengalihkannya cepat, ada sesuatu dalam hatinya,
ada sesuatu yang ingin dikatakan cowok itu, tentang hatinya, tapi semua pupus,
pupus ketika papa Tiara memutuskan anaknya untuk melanjutkan sekolah di luar
negeri.
" Papa kan udah bilang sama kamu
kalo’ kuliah kamu harus di sydney, dan nggak boleh di ganggu gugat, papa selalu
ingin yang terbaik untuk anaknya, Tiara ”
" Tapi pa..., Tiara nggak suka ini
semua dan Tiara yakin papa tau hal itu ”
" Papa nggak mau tau, pokoknya
setelah papa pulang dari jakarta untuk tugas minggu depan, kamu harus sudah
siap dengan semuanya, papa nggak mau dengar alasan apapun ”
" Papa, Tiara nggak suka akademik ”
Papa Tiara meninggalkan anaknya tanpa berkata
apa-apa, tiba-tiba badan ayah dari anak kembar itu terasa ingin limbung, tapi
tetap di usahakannya untuk tetap bersiap berangkat ke Jakarta, Tiara hanya bisa
menangis di pelukan Mutia.
" Aku benci papa, Tia. Papa egois. ”
" Udahlah Ra, terima aja apa yang
ada sekarang, kamu harus inget juga klo papa bisa kecewa besar dan sakit ”
" Nggak tau aku, Tia... aku capek
debat ma papa, tolong aku untuk menyadarkan aku dari ketidaksukaanku pada
akademik yang terlalu ini, please... ”
" Pasti aku bantu, Ra...”
Tak lama setelah Tiara telah tenang
” eh iya Ra, boleh nggak aku jujur ma kamu? ”
" Tentang paan?Arya? ”
" Koq bisa nyambung ke Arya? ”
" g’ sah berlagak g’ tau, Mutia...
aku tau siapa Aiyra dan aku tau siapa pengirim surat beberapa waktu lalu ke
Arya ”
" Kamu tau? ”
Mutia bertanya keheranan, dilihatnya
wajah Tiara lekat-lekat, dan Tiara pun berbalik keheranan
" aku benci, benci karena kamu nggak
jujur ma aku, aku kecewa...
Sejenak tiara terdiam, syok dengan apa yang baru terjadi, rasanya kemarahan
ini ingin terluapkan pada semua yang ada.
Aku benci aku
benci ma semua, g da yang isa ngertiin aku, papa, Mutia, dan...
" Ra, bukan salahnya kan? Ini semua
salahku... ”
" Ya, aku tahu dan aku males bahasnya,
biarin aja, klo memang aku harus pergi ke tempat papa minta, aku pergi, mungkin
aku lebih baik pergi saja, aku tak mau melukai siapapun, termasuk kamu, tia...
meski aku marah karena u nggak crita aku, aku maklum dan aku memahami akan rasa
terpendam itu, aku berusaha mengerti... ”
¶¶¶
Kriiiiiiiing...........
kriiiiiing.........
Telp di rumah
Tiara berdering, Tiara bersiap mengangkat
" Assalamu’alaikum... ”
" Wa’alaikum salam ”
" Bisa bicara dengan Tiara anaknya
pak Rico? ”
" Ya, saya sendiri, ada apa ya, pak?
”
" Begini, pak Rico...... jadi .....
”
" Baiklah pak, saya mengerti, saya
akan segera menyusul kesana ”
Setetes air mata terjatuh, knapa
selalu begini?, aku benci.... selalu peringatan itu terlambat, saat aku sudah
akan memutuskan berubah, knapa malah mencelakakan orang yang aku sayangi hanya
untuk mengingatkanku....
" Tia, papa sakit, jadi kita haruz
segera menjenguknya di Rumah sakit ”
Ujarnya di telfon... tak lama
kemudian Mutia datang dan mereka segera pergi ke rumah sakit
Lelaki itu terbaring lemah, kata
dokter papa terkena liver, dan beliau ingin anak-anaknya ada saat dia lemah
seperti saat ini, papa merindukan masa dulu, kala kebahagiaan masih di pelupuk
mata.
" Kami sudah datang, pa.... ” ucap
Tiara berbisik pelan
" Kami datang untuk Papa.... ”
Lanjut Mutia
Mata lelaki itu terbuka, sedikit
demi sedikit bayangan Mutiara menjadi jelas
" Mutiara??? ”
" Iya, papa.... kami datang ... ”
" Maafin,, Tiara ya, pa....
sebenarnya sejak kejadian kemarin itu Tiara sudah berfikir untuk memperbaiki
sikap Tiara... tapi papa keburu sakit, papa pasti g enak hati punya anak kya’
Tiara.... maafin Tiara ya, pa... selalu nyusahin ” Air mata itu tak ingin
bersembunyi dan memberontak, tak kuasa kini Tiara menahannya, air mata itu
terjatuh kembali....
" Ya, sayang... papa maafkan, papa
juga minta maaf selama ini buat kamu merasa kesepian atau selalu memaksakan
kamu... ”
" udah deh terharu ne jadinya, be
happy.... kan dah baikan.... ” Mutia mencairkan suasana
Dan senyuman menjadi jawaban....
¶¶¶
Tiara sudah bertekad akan berubah,
kehidupannya harus menjadi cerah dan alhasil dia kini sudah berkutat dengan
buku-bukunya, seseorang mendekat
" Ra, akhirnya..... ” Tiara
mendongak dan bertanya maksud cowok disebelahnya itu
" Ya, syukurlah udah mau buka buku
pelajaran ”
" Hmm... dasar kamu, Ar... ne demi
masa depan dan papa tau, bulan depan aku ke sydney, kan g seharuznya aku
bersikap acuh dan selalu mengecewakannya, makanya aku putusin untuk memperbaiki
diri... ”
" oh... gtu ya?, tapi... ”
" tapi kenapa, Ar? ”
" g koq, hanya aja berarti u bakal
pergi dong ”
" he-eh ”
" .... ”
" udah deh Arya... g sah murung gtu,
hey... aku bakal ttep selalu jadi sahabatmu koq, promise... ”
" bener...? ”
" iya.......... ” Tiara meyakinkan
|